MAKALAH
LITERASI SAINS
TUGAS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen Agus Setiawan, DR. M.SI
Oleh
YUVITA OKTARISA
1104177
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
LITERASI SAINS
I. Pendahuluan
Standar kompetensi lulusan Kelompok mata pelajaran IPA (sains) pada kurikulum 2006[1] menyebutkan bahwa sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains disekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains berarti mampu menerapkan konsep-konsep atau fakta-fakta yang didapatkan disekolah dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan literasi sains mencerminkan kesiapan warga negara dalam menjawab tantangan global yang semakin hari semakin mendesak.
Literasi sains merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran-mata pelajaran yang berumpun pada sains. Salah satu mata pelajaran yang mengampu pada sains adalah mata pelajaran fisika. Melalui mata pelajaran fisika diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Jika tingkat literasi sains siswa meningkat maka bukan suatu yang mustahil untuk dapat meningkatkan literasi sains nasional.
PISA-OECD (Programe for International Student Assessment-Organisation for Economic Cooperation and Development)[2] telah melakukan suatu pemonitoran mengenai kemampuan literasi sains Negara Indonesia. Data yang didapatkan dari hasil pengukuran PISA-OECD diketahui bahwa kemampuan peserta didik di Indonesia dalam hal literasi sains yang diukur berdasarkan PISA Nasional 2006 masih berada pada tingkatan rendah, yakni 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks, sebanding dengan tingkat literasi pada PISA Internasional. Dari hasil temuan tersebut, terutama untuk konteks aplikasi sains terbukti bahwa banyak peserta didik di Indonesia tidak dapat mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Data tersebut menunjukan bahwa tujuan pembelajaran sains di Indonesia belum tercapai.